"Kami mau dibantu seperti korban lumpur Lapindo Sidoarjo. Lantaran hasil panen kami tak diserap pabrikan & pasar tradisional," kata Abdurrachman, Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APT) Kasturi, di Desa Sumber Pinang, Pakusari, Jember, Senin (21/9/2015).
Abdurahman menuturkan, diwaktu ini ada 6.800 hektar dari keseluruhan seputar 14.000 hektar pertanian tembakau di Jember yg mengalami tidak berhasil panen akibat bencana erupsi Juli dulu.
Lahan tersebut terdiri dari 4.900 hektar lahan tembakau type Vor Oogst & 1.900 hektar lahan tembakau kategori Na Oogst.
Bila di biasanya mulai sejak dari pengolahan lahan sampai panen dipakai bekal Rupiah 50 juta per hektar, sehingga diperkirakan kerugian petani tidak kurang dari Rupiah 340 miliar akibat erupsi Gunung Raung.
Setelah Itu, harga menjual tembakau hasil panenan serta terjun bebas di bandingkan thn dulu.
Dikarenakan di tiap-tiap lembar daun tembakau milik petani, melekat debu vulkanik Gunung Raung yg mengandung silica & sulfur seberat seputar 10 %.
Dalam satu kilogram daun tembakau kering yg dipanen melekat kira kira 100 gr debu vulkanik.
“Kalau thn dulu tembakau Kasturi milik aku ini masihlah laku dipasarkan sampai Rupiah 4 juta per kuintal, waktu ini cuma ditawar orang lebih kurang Rupiah 300 ribu hingga Rupiah 500 ribu per kuintal. Itupun bila ada yg ingin menawar,” lanjut Abdurrachman.
Ketua Grup Petani Tembakau Kasturi "Sumber Rejeki III", Purnoto, meneruskan, dia tak mampu jual tiga ton panen tembakau Kasturi miliknya.
“Saya tanam tembakau Kasturi dua hektar terhadap bln Mei dulu. Hingga saat ini seluruh tetap menumpuk di gudang, lantaran tak ada yg ingin beli,” terang Purnoto.
Para petani tembakau Na Oogst mutu ekspor utk rokok cerutu khas Indonesia ini, mengaku pasrah & membiarkan daun tembakau milik mereka teronggok di dalam gudang.
No comments:
Post a Comment